Syukur Menjadi Kuncinya (Kisah Keberanian Seorang Pemuda)

Semoga kisah ini menginspirasi kita semua, untuk kembali kejalan yang di rhidoi Oleh Allah SWT. 

Kisah ini terjadi ratusan tahun yang lalu, disebuah Negeri yang makmur dan subur, rakyat hidup tenteram dan damai. Negeri yang diberkahi oleh Allah SWT, hingga banyak ulama dan ahli hikmah lahir di negeri itu. Para ahli sejarah menyebutnya dengan "Negeri Seribu Satu Malam". Irak, atau Bahgdad, dimana Abu Nawas yang terkenal Sufi dan ahli hikmah besar dan tumbuh. 

Tibalah masa, dimana ketakutan merajalela. Kematian menghantui dimana mana, bahkan pusat pusat peradaban mulai rata dengan tanah. Tak ada yang berani, tak ada yang menyuarakan kebenaran lagi. Semua takut dengan kedatangan raja yang terkenal bengis dan kejam. 

Hulagu cucu dari Jengis Khan, pendiri kerajaan Mongol. Yang menjadi ketakutan itu, semua dibantai, semua dipukul rata dengan tanah. Bahkan benda mati sekalipun, tidak luput dari kekejaman dan kebingasan Hulagu. Sungai Eufrat menjadi hitam, karena abu pembakaran perpustakaan perpustakaan yang dahulu gagah berdiri sebagai pusat peradaban. 

Menurut sebagian ahli sejarah, 200 ribu jiwa menjadi korban kala itu. Namun sebagian ahli tarikh mengatakan lebih dari 400 ribu jiwa, yang menjadi korban keganasan dan kebiadaban Hulagu. Semua ketakutan dan kehilangan harga diri melihat dan menyaksikan kebiadaban dan keberingasan Hulagu. 

Hulagu mendirikan markas pertahanan diluar kota Baghdad, dari sanalah Hulagu mengatur strategi dan kelicikan untuk membumi hanguskan Kota Baghdad. Meluluh lantahkan pertahanan Kerajaan Baghdad, yang mulai lemah dan tidak memiliki ghiroh mempertahankan agama dan bangsanya. 

Hingga suatu saat, Hulagu mengatur siasat. Mengeluarkan pengumuman agar orang terpintar (Ulama) di Kota Baghdad, datang menemuinya di benteng pertahanan di luar kota. Tentu saja tidak ada yang berani datang para Ulama, mendengar nama Hulagu saja mereka sudah ketakutan. 

Hingga dengan keberanian yang diluar perkiraan masyarakat saat itu, seorang pemuda yang bahkan jenggotnya saja belum tumbuh. Guru muda disebuah Madrasah, datang menemui Hulagu dengan segenap keberaniannya. Semua takut, dan berkata "alangkah gegabahnya pemuda desa ini". Kadihan begitulah nama pemuda tersebut. 

Tibalah masa yang disebutkan Hulagu, pemuda itu datang dengan membawa satu ekor unta, satu ekor kambing, satu ekor ayam Jantan. Setelah sampai di benteng pertahanan Hulagu, dialog pun terjadi dengan Hulagu sang Raja yang terkenal bengis dan kejam.
 
Hulagu : Apa yang membuatmu berani datang kemari? Bahkan para ulama yang terkenal di kotamu saja tidak berani datang menghadapku? 

Kadihan : Jika engkau mencari yang lebih besar, maka diluar ada seekor unta yang jauh lebih besar dari saya. 
Jika engkau mencari yang berjenggot, maka diluar juga ada kambing yang berjenggot.
Jika engkau mencari yang nyaring suara, maka diluar ada ayam jantan yang sungguh sangat nyaring suaranya.

Mendengar jawaban Kadihan, Hulagu menyadari bahwa pemuda didepannya bukanlah sembarangan. Tentu memiliki ilmu dan pengetahuan yang dalam dan luas. 
Diajukanlah pertanyaan. 

Hulagu : Apa yang menyebabkan Saya datang ke Kotamu? 

Kadihan : Kamilah penyebabnya. Kami lupa bersyukur kepada Allah, sehingga kami terlena dengan kemegahan, harta, jabatan. Tertipu dengan kenikmatan yang membuat kami lemah, hingga kami saling hujat, caci, fitnah, dan tidak sedikit saling bunuh. Hanya karena gelap dan buta oleh harta, tahta, dan jabatan. Allah mengerakkanmu untuk mencabut kenikmatan dari kami. 

Hulagu terdiam dengan jawaban pemuda tersebut, maka diajukanlah pertanyaan kedua. Sekaligus menjadi pertanyaan terahir. 

Hulagu : Apa yang bisa mengusir kami dari kotamu? 

Kadihan : Jika kami kembali mensyukuri apa yang telah di anugerahkan Allah kepada kami, meninggalkan permusuhan, pertikaian, iri, dengki sesama kami. Dan juga mencintai satu sama lain karena Allah. Maka engkau tidak akan pernah bisa datang ke kota kami. 

Saudaraku!!!
Mari kita hentikan pertikaian, mari mencintai sesama karena Allah. Maka kekuatan itu, kemegahan itu, kemakmuran itu akan kembali menjadi milik kita. 

Semoga kisah singkat ini, menginspirasi kita untuk terus merajut ukhwa dan kasih sayang antar sesam. Musuh kita adalah pertikaian, musuh kita adalah kerakusan, musuh kita adalah ketamakan. 

Semoga bermanfaat




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan