Postingan

Menampilkan postingan dengan label Adat

Gelar Adat Batak Angkola

Gambar
Pulungan manontuon Siulaon Pulungan Manontuon Harejo Pulungan Manontuan Godang Ni Roha Sutan Guru sipanyurat Hamu koum ku sipambaca Ale hamu raja Adat Gorahon hamu molo adong nasala Oleh ORGANISASI pemuda AMP (ANGKATAN MUDA PADANG LAWAS), yang hari ini tetap konsisten menjaga adat budayanya, kami di minta untuk menjelaskan sedikit tentang adat budaya kita (Angkola). Khususnya di Kabupaten Padang Lawas.  Oleh karena Keragaman, keunikan, dan juga minimnya Referensi, apalagi sumberdaya penulis. Maka kami belum juga menuntaskan Buku yang memang kami janjikan kemarin, seperti para politisi, kami juga kembali berjanji untuk menuntaskannya tahun 2022 ini, 2023 sudah terbit.  Baik, sengaja kami tuliskan dilaman ini, karena terkadang inspirasi itu datang tiba tiba. Bertemu dengan pakarnya juga tiba tiba, mudah mudan kelak tulisan ini mengingatkan hutang Buku untuk adik adik generasi Pecinta Adat Budaya (❤️❤️❤️).  Tuliskan ini, sekaligus menjadi PR kami untuk acara yang lebih bergeng

Masalah Parhutaon

Gambar
Masing masing daerah memiliki keunikannya sendiri. Yang menjadi salah satu ciri khas dari kekayaan Indonesia yang kita banggakan ini. Huta istilah dalam bahasa Angkola, menyebutkan tempat tinggal manusia secara berkelompok. Secara ringkas proses mendirikan Huta tidak sembarangan, harus terpenuhi dalihan natolu (Mora, Kahanggi, Anak Boru). Sebagai syarat utama ketiga unsur ini haruslah ada, baik Huta, Nadi Pahuta istilah ini harus bisa kita bedakan satu sama lain.  Desa istilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia (Nasional), dengan maksud dan tujuan yang sama dengan Huta, meski ada penambahan "Anak Desa". Secara kepemimpinan, Huta dipimpin oleh Natobang, dibantu oleh Hula Hula, dan juga Hulubalang. Sedangkan desa dipimpin oleh Kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Huta bagian administrasi terkecil dari Luat. Sedangkan desa dibawah dari Kecamatan, dibawah desa masih ada RT/RW.  Istilah desa Tidak kita temukan di Sumatera Barat. Mereka menggunakan Istilah Jorong

Cara Pembuatan Indahan Tondi

Gambar
Tradisi yang tetap lestari ditengah masyarakat, akan tetap terjaga apabila generasi adat tersebut mengerti dan paham mengenai adat istiadat warisan leluhur mereka.  Edisi ini, masih kelanjutan dari dua edisi sebelumnya (Silahkan baca tulisan kami sebelumnya). Sekaligus sebagai edisi penutup dalam serial Indahan Tondi . Semoga saja bisa kita lanjutkan dengan berbagai adat istiadat kita yang lainnya, agar tetap terjaga, dan penambah literatur bagi yang mencari referensi. Namun akan kita tuliskan juga nanti, pandangan hukum Islam tentang persoalan ini, agar tidak menyalahi dan melanggar aturan agama, yang juga menjadi pegangan hidup masyarakat Batak Angkola yang beragama Islam.  Cara Pembuatan Indahan Tondi Sebagai suatu warisan leluhur, tentunya kita tidak sembarangan dalam pembuatannnya. Ada tata cara yang telah dibuat oleh leluhur kita sebelumnya, meskipun ada perubahan, namun tidak boleh menghilangkan nilai kesakralan adat budaya itu sendiri.  Adapun tata cara pembuatan In

HATA INDAHAN TONDI (CONTOH)

Gambar
Makkobar adalah menyampaikan kata kata tertentu sesuai dengan jenis prosesi adat itu sendiri. Menjadi tradisi yang melekat dalam adat Batak Angkola, setiap proses adat.  Dalam edisi ini, penulis hanya menuliskan ( Hata hata) khusus dalam prosesi Indahan Tondi. S esuai dengan tulisan, dan juga permintaan para Reader kita, baik di Facebook, wa dan lain lain. Ini hanya sebagai contoh saja, bukan kalimat baku yang tidak bisa dirubah. Menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan masing masing. Hanya saja, ada beberapa pesan penting yang tidak boleh ditinggalkan.  Sebelum proses Makkobar Indahan Tondi, terlebih dahulu diminta kepada Natobang siapa yang menjadi Ama Topotan, Ina Topotan ( Orang Tua Angkat). Merekalah nantinya yang memulai sidang atau Makkobar Indahan Tondi. Sekaligus Ama Topotan   ini menjadi pemandu atau pembawa acara dalam prosesi adat ini. Acara akan dilalui dengan tiga prosesi adat, yaitu: 1. Marsapa Marsapa dilakukan oleh Ama Topotan Yang sudah diunjuk lebih dahulu, M

INDAHAN TONDI

Gambar
Tradisi akan tetap lestari dan terjaga, apabila penganut tradisi tersebut paham dan mengerti bagaimana makna dan tujuan dari sebuah tradisi adat tersebut.  Pendahuluan Tulisan singkat ini, menjelaskan tentang sebuah tradisi dalam adat Batak Angkola pada khususnya. Meskipun ada diberbagai daerah lain di Indonesia, yang memiliki kesamaan dan kemiripan. Sebagai cara untuk melestarikan adat budaya Batak Angkola yang mulai terkikis oleh kemajuan zaman, dan juga karena ketidak pahaman generasi adat itu sendiri dalam melestarikan dan menjaga adat warisan leluhurnya. Dalam kesempatan lain, penulis juga akan menyajikan hukum Indahan Tondi menurut Syariat Islam, sebagai agama yang mayoritas dianut oleh Generasi adat Itu sendiri. Tulisan ini juga menjadi oase bagi pecinta adat, generasi adat yang lahir, tumbuh dan besar dinegeri yang jauh berbeda adat istiadatnya dari nenek moyangnya. Agar para perantau, juga paham dan mengerti adat istiadat leluhur mereka yang harus mereka lestarikan

SIAN TAROMBO TU PARTUTURON

Gambar
Sebuah Kegiatan yang menjaga dan melestarikan Adat Budaya Batak Angkola, ditengah Serangan Modernisasi, kapitalisasi, dan liberalisme. Kelompok Mahasiswa ini menjaga mengumpulkan kekuatan untuk menjadi penjaga, dan perawat warisan leluhur yang perlahan mulai meredup ditengah generasinya sendiri.  Tarombo menjadi ciri khas ethnis Batak Angkola khususnya, Batak pada Umumnya. Bisa juga ditemukan pada suku bangsa lainnya, seperti pada bangsa Arab yang juga menjaga garis keturunnnya dengan baik.  Suku Minang juga demikian halnya, hanya saja mereka menarik dari pihak ibu (Matrineal). Namun pada hakikatnya menjadi representasi historys dari setiap individu. Untuk menjaga identitas diri dan garis keturunannya. Sebagai nilai dari sebuah budaya, ketika pengikut budaya itu sediri menjaga dan mempertahankan nilai nilai yang terkandung didalamnya. Meskipun dinamis dan mengikuti perkembangan zaman namun nilai budaya itu tetap bisa dipertahankan.  Ketika unsur ini

HURISTAK (KANDIDAT DESA ADAT) II, CIRI CIRI DESA ADAT

Gambar
Sopo Godang Huristak, Salah satu peninggalan Adat budaya Masyarakat Luat Huristak. Dalam tatanan masyarakat Adat Batak, baik itu puhak Angkola, Tobasa, Simalungun, Karo konsep Dalihan Natolu tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat. Mulai dari Partuturon (Tutur Sapa), Parhutaon (Desa), konsep ini menjadi pondasi utama.  Dalam membangun, sebuah desa maka peran Dalihan Natolu menjadi sangat sakral, sebuah desa tidak bisa berdiri jika tidak terpenuhi tiga komponen dalam Dalihan Natolu (Suhut, Mora Anak Boru). Ketiga komponen ini menjadi pilar utama dalam berdirinya desa tersebut. Ada dua istilah desa dalam masyarakat adat Batak, yaitu:  1. Huta 2. Nai Pahuta Desa adat adalah sebuah istilah yang menunjukkan tatanan kehidupan masyarakat pedesaan. Desa adat memberikan gambaran tentang masyarakat adat itu sendiri. Dimana struktur kemasyarakatan masih memegang erat petunjuk dan teknis adat itu sendiri. Dalam Undang undang Negara Kesatuan Republik Indonesia masyarakat adat diaku

HURISTAK KANDIDAT DESA ADAT (Sebagai Wujud "TANO ADAT DIGOMGOM IBADAT") DI PADANG LAWAS

Gambar
Istana Kerajaan Huristak (Kandidat Desa Adat) Kabupten Padang Lawas tidak hanya memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun juga memiliki kekayaan adat budaya yang cukup tinggi dizamannya. Terbukti dengan adanya peninggalan sejarah yang hingga saat ini bisa kita nikmati yaitu candi, Bagas Godang (Istana Raja Raja).  Neraca Pendidikan Daerah. Menyajikan tentang perkembangan pendidikan Di masing - masing daerah.  Sebuah platform informasi potret kinerja daerah terhadap pendidikan. Kita bisa melihat bagaimana keseriusan PEMDA, dalam memajukan dunia pendidikan di daerah masing masing.  Bagaimana Political will pemda bersama DPRD mengalokasikan APBD terhadap dunia pendidikan, statistik guru, kondisi ruang belajar, bahkan sampai pada hasil ujian.  Menarik untuk disajikan dan dipelajari, apalagi pengembangan suatu daerah konsentrasi dalam bidang pendidikan. Kali ini kita soroti kabupaten penulis sendiri, yang memiliki motto "Tano Adat Digomgom Ibadat" sebuah