Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Cerita Rakyat  
Boru Agian na Mate Malungun
(Ikon wisata Sejarah yang Terlupakan)


Cerita rakyat ini diangkat dari kisah nyata, yang hingga saat ini makam BORU SIAGIAN masih bisa kita saksikan. Dengan panjang +-3 meter, dengan lebar 0,5 meter. Total areal pemakaman ini sekitar -+ 20 meter. Berlokasi di pinggir jalan lintas Simpang Marenu - Silenjeng. Lebih kurang 3 Km dari arah desa Silenjeng, kecamatan Sihapas Barumun, Kabupaten Padang Lawas menuju Simpang Marenu kecamatan Aek Nabara Tonga Kabupaten Padang lawas. 

Secara geografis, makam Boru Agian ini berada di wilayah Desa Silenjeng, Kecamatan Sihapas Barumun. Dalam komplek perkebunan karet masyarakat, posisinya strategis tepat berada di pinggir jalan. Untuk sampai ke Puncak, pemakaman Boru Agian kita harus melalui 20 puluh anak tangga. Meski tidak terlalu menguras tenaga, posisi kuburan ini, berada di dataran tinggi diantara areal yang ada disitu. Sesuai pengamatan penulis, lokasi ini memang dulunya menjadi posisi paling tinggi diareal tersebut. 

Penulis sengaja menelusuri jejak Boru Agian ini, agar ada sedikit tulisan yang mengisahkan perjalanan Boru Agian. Yang sudah begitu viral ditengah masyarakat, khususnya dikawasan BATARA (BARUMUN TENGAH RAYA), namun baru cerita dari mulut ke mulut. 

Kondisi Pemakaman yang kurang terawat, menjadikan ikon wisata sejarah ini juga tidak begitu di lirik masyarakat. Apalagi dulu, akses jalan menuju lokasi masih sangat memperihatinkan. Namun seiring waktu, perlahan pemerintah Daerah Padang Lawas mulai memperbaiki ketertinggalan ini. Menurut PLT BUPATI Padang Lawas Ahmad Zarnawi Pasaribu, akan menjadi prioritas menuntaskan jalan di kecamatan Sihapas Barumun untuk tahun anggaran 2023. Semoga saja terwujud. 

Meski jalan aspal (hotmix) sudah sampai di desa Aek Goti, namun untuk menuju lokasi makam Boru Agian. Masih cukup memperihatinkan, apalagi seperti saat ini (tulisan ini penulis publis) musim hujan, maka kondisi jalan perlu kehati hatian melewatinya. Untuk roda dua, tidak ada kendala apalagi mobil jenis dowble kabin. 

Ditengah penasaran penulis, tentang kisah Boru Agian ini. Penulis mencoba menelusuri jejak Boru Agian, berasal darimana? Ceritanya seperti apa? Kenapa disebut "Mate Malungun" (Mati Memendam Rindu). Siapa keturunannya? Siapa yang merawat makam ini? Apa agamanya? . Dan banyak pertanyaan lainnya yang sudah penulis persiapkan sebagai bahan untuk menuliskan cerita rakyat ini. 

Apa Agamanya? 
Pertanyaan ini menjadi pertanyaan pertama yang penulis bisa jawab, lewat pembuktian sejarah, fakta sejarah dan peninggalan sejarah.  Yang ada disekitar makam, juga hasil wawancara dan pertanyaan kepada masyarakat sekitar. 
Menjadi begitu penting bagi penulis, karena fakta yang penulis lihat dilapangan (sekitar Kuburan) banyak ditemukan, sesajen, dupa, kemenyan, dan juga benda benda lainnya sebagai media meminta atau tempat "persugian". 

Dari kuburan, kita bisa pastikan bahwa Boru Agian ini bukanlah seorang Muslimat, melihat arah kuburan, yang tidak sesuai dengan syariat Islam jika sesorang telah meninggal dunia. Jika demikian halnya, maka perkiraan Kisah Boru Agian ini, kemungkinan sebelum kedatangan Islam ke tanah Barumun Tengah Raya. Jika demikian halnya, maka Islam menjadi agama Par Marga Hasibuan diwilayah Barumun Tengah Raya (BATARA), diperkirakan pada awal tahun 1800 an. Atau karena wilayah Silenjeng cukup di pelosok, Islam datang belakangan. 

Jika demikian halnya, kita perlu mengedukasi, memberi pemahaman kepada masyarakat sekitar. Untuk tidak menjadikan tempat ini sebagai tempat yang mengundang kemusrikan. Yang dalam syariat Islam itu menjadi hal yang terlarang. 

Bersambung....

Tulisan ini, masih butuh banyak referensi, sumber sumber informasi. Jika pembaca memiliki informasi tentang Boru Agian, silahkan berkomentar di kolom komentar. Atau ada kritikan dan masukan untuk lebih sempurnya tulisan ini. Kepada siapa saja yang bisa berkontribusi kami siap bekerja sama untuk menuliskan cerita rakyat ini. 

Dan kepada Pemda Padang Lawas kiranya ini kita jadikan ikon wisata Sejarah yang perlu kita gali dan kembangkan. 

Guru alif alif

Komentar

Info Terkini mengatakan…
Hal-hal yang seperti ini seharusnya menjadi perhatian Pemda Padang Lawas
Unknown mengatakan…
Pernah dengar cerita ini pak. Diceritain sama almarhum ayah. Sedih ceritanya tu. Mantap pak. Sukses selalu buat bapak. Saya suka membaca sejarah . Hehe
Taufik Akbar Hasibuan mengatakan…
Terima kasih. Mohon di koreksi

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan