Marabit abit

Percaya diri, dalam istilah lainnya disebut optimis. Sikap yang harus ada dalam diri seseorang, baik itu urusan keluarga, karier, asmara, dan sebagainya. 

Kawanku percaya dirilah dengan identitasmu, Yakinkan dirimu bahwa pilihan mu adalah pilihan kebenaran. Jauhkan keragu raguan dan ketidak percayaan pada identitas dirimu sendiri. Kesuksesan 50 % berawal dari sikap percaya diri, sebaliknya jika sejak awal kita tidak percaya diri maka akan melahirkan penyesalan dalam diri sendiri.

Dengan ini rasa percaya dirimu akan tumbuh dan tentunya menjaga ke pribadianmu. Bukan berarti engkau alim, warak, ketika kita melakukan ajaran agama kita sendiri. Memakai atribut keagamaan juga bagian dari kepercaya diri, sebagai wujud keyakinan dari agama itu sendiri. Memakai atribut keagamaan, menjadi kebanggaan terhadap identitas diri sendiri.

Berikut ini beberapa hal yang perlu kita pahami, agar lahir optimisme dalam diri sediri. 

1. Jika mereka pede dengan memakai kopiah, kemana saja. kenapa saya harus malu memakai lobe kemana saja? Sama sama penutup kepala, bukan berarti saya orang alim kawan, bukan!!!! Apalagi pertanda orang berilmu, bukan!!! Hanya saja saya suka dengan gaya ini!! Ini hanya soal busana tidak lebih!!!

2. Jika mereka pede dengan ciri khas mereka yang nasionalis pakai kopiah, preman dengan tato, kalung, kenapa saya tidak pede dengan identitas santri saya lobe plus kain sarung? Bukan berarti tidak santri jika tidak pakai kain sarung, lobe. Saat nyantri di pesantren saya terbiasa dengan busana ini. 

3. Jika mereka memakai pakain di atas mata kaki saja bisa nyaman kemana saja, di setiap acara, sehari hari mereka, kenapa saya justeru tidak nyaman dengan gaya klasik tapi asik ini kawan!!! Lagi lagi kawan ini hanya soal busana, jauhkan dari nilai bid'ah atau sejenisnya, berhentilah berpikiran kerdil memandang kita yang lebih baik!!!
Selama itu terpenuhi syarat menutup aurat model apapun maka sah saja kita pakai, asalkan jangan seperti tarjan saja!!!

4. Salah satu kelemahan kita umat islam adalah ketika kita tidak berani menampakkan diri dengan ciri khas islam itu sendiri, kita terjebak dalam gozwatul fikri, memandang diri kita rendah dengan penganut agama lain yang bangga dengan busana ajaran agamanya.
Lihat para biksu, bangga dengan pakaian biksunya, pastor bangga dengan pakaian pastornya, biarawati bangga dengan busana biarawatinya, dan bahkan mereka bangga dengan pernak pernik agama mereka. Kenapa ketika saudara muslim kita menampilakan busana islami, lobe, sarung, hijab, cadar, justru kita cemeeh!! Cap dia teroris, sok alim atau sejuta gelar lainnya!!!

Agama kita menyuruh kita untuk mencintai agama kita ini, tentunya busana ajaran agama adalah bagiannya juga untuk dicintai, dan di amalkan. 

5. Jangan Malu saudariku dengan cadarmu. dengan baju kurungmu, cadarmu, jilbabmu dan bahkan busana busana yang menutup auratmu. jika dengan membuka aurat dipandang modren maka yang paling modren adalah monyet, anjing. yang kemana mana tidak berbusana. 

Maka inilah jawaban saya kesempatan tadi tidak memberikan waktu untuk kami menjelaskannya, sekali lagi bukan berarti saya alim, warak, pintar ketika saya pakai lobe, kain sarung. Berusaha mencintai agama saya lewat busana yang saya pakai. Yang nampak belum tentu menunjukkan isi di dalam kawan. Seperti buah durian diluar penuh duri, didalam harum, lembut dan manis!!

Pelihara dirimu dari pandangan mata mata setan. pandangan mata penuh sahwat. apalagi pandangan mata para Buaya buaya lapar yang sudah naik kedarat. Kasihani ayahmu yang mendidikmu untuk menjaga harga dirimu. tatap suamimu yang dihalalkan untukmu oleh ayahmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan