DENDAM TERSELUBUNG

Tulisan ini berkisah tentang nafsu dan akal, sebagai perbandingan dalam kehidupan menyambut bulan suci nan mulia. Semoga bermanfaat

Setelah sekian lama kita puasa. Kini saatnya kita berbuka.  Kalimat ini mengingatkan pada kita tentang seseorang yang berbuka puasa. Kemenangan dari ibadah puasa yang dilaksanakan. 

Kebiasaan kita, menu minuman dan makanan beraneka ragam. Mulai dari air putih, sampe air yang warna warni akan diteguk sampe habis. Babak keduanya makanan, dan ini tidak kalah ramainya. Mulai dari nasi putih, sampe nasi merah campur gula aren. Akan ditelan habis tiada bersisa, bahkan makanan ringan penutup juga tersedia. 

Tak peduli perut penuh tak muat lagi, asalkan hidangan yang di depan mata bisa ditelan habis. Soal kesehatan, itu mah urusan belakangan. Soal aturan permanen yang sudah final keputusannya kesampingkan aja. Yang penting perut kenyang, lapar minggat, dahaga hilang.

Yang penting isi perut penuh dulu, lambung berisi sepenuhnya. Sudah lumrah orang yang kekenyangan akan kurang akal sehatnya. Yang penting baginya adalah tidur di ranjang empuk, Soal janji yang di utarakan sebelum berbuka puasa, Itu pasti tak ingat lagi. egepe!!!

Jangan coba mengusiknya, pasti akan dikatai. Disebut orang bodoh, Tak tau aturan, Radikal, sok idealis, tak tahu terima kasih.  Paling tidak di sebut teroris pengganggu kesenangan orang lain. 

Apalagi menyuruhnya berbuat baik jangan harap akan dapat balasan baik. Syukur dia tidak ambil senjata terus usir kita. Keinginanya hanya. "DON'T DISTRUB" biarkan ia bebas berenang kemana suka. 

Jangan sesali ikan yang jatuh keair kolam. Kau yang dulu percaya. Bukan kupaksa. Kau yang dulu tertipu rayuan manisku.

Ini hanya gambaran orang yang berpuasa bukan untuk melatih kepekaan sosial, keshalehan sosial, tapi untuk membalaskan dendam. Yang selama ini mengganjal dihati.

 Ripal abadinya nafsu adalah akal, si jasad akan ikut kemana angin berembus. Jika fenomena ini kita lihat dngan jeli. Si "akal" berkuasa. Membuat si "nafsu" terkekang. si "jasad" kemana angin dia akan putar haluan.

Mengarahkan biduk perahunya kearah angin sedang berembus. Namun cendrung si "nafsu" akan menggunakan segala cara bagaimana ia melampiaskan hasrat keinginannya! 
Lantas! 
Siapa yang akan jadi hakim? Ditengah perseteruan panjang si "akal" vs si "nafsu"  sudah lajim jika si "akal" lebih jeli. Mengambil pelajaran dari alam sekitarnya otomatis dia akan lebih mampu mengontrol si "nafsu" namun jika si "akal" juga telah beku! Karna iming iming berbuka puasa! Maka dapat dipastikan akal akan kalah karenanya. 

Puasa melatih kita untuk mengendalikan hawa nafsu, bukan mengekangnya apalagi membunuhnya. Puasa melatih kita untuk bisa mengatur nafsu, agar memiliki semangat yang tinggi dan bisa melambungkan akal. Sehingga menjadi manusia parpurna. 

Ramadhan sudah didepan mata, akankah ramadhan tahun ini sama dengan tahun tahun sebelumnya. Atau bahkan lebih buas lagi? Kiranya akal akan mampu mengambil pelajaran dari setiap perjalanan kehidupan kita. 

Semoga bermanfaat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan