SIAN TAROMBO TU PARTUTURON

Sebuah Kegiatan yang menjaga dan melestarikan Adat Budaya Batak Angkola, ditengah Serangan Modernisasi, kapitalisasi, dan liberalisme. Kelompok Mahasiswa ini menjaga mengumpulkan kekuatan untuk menjadi penjaga, dan perawat warisan leluhur yang perlahan mulai meredup ditengah generasinya sendiri. 
Tarombo menjadi ciri khas ethnis Batak Angkola khususnya, Batak pada Umumnya. Bisa juga ditemukan pada suku bangsa lainnya, seperti pada bangsa Arab yang juga menjaga garis keturunnnya dengan baik. 
Suku Minang juga demikian halnya, hanya saja mereka menarik dari pihak ibu (Matrineal). Namun pada hakikatnya menjadi representasi historys dari setiap individu. Untuk menjaga identitas diri dan garis keturunannya.
Sebagai nilai dari sebuah budaya, ketika pengikut budaya itu sediri menjaga dan mempertahankan nilai nilai yang terkandung didalamnya. Meskipun dinamis dan mengikuti perkembangan zaman namun nilai budaya itu tetap bisa dipertahankan. 
Ketika unsur ini tetap dipelihara dan dipertahankan, maka kerukunan akan tetap terjaga. Meskipun ada unsure lain, yang bisa menyatukan kerukunan, namun Tutur bisa menjadi salah satu alat perekat sesama anak bangsa. 
Selain itu, Tarombo menjadi aktualisasi untuk menjaga marwah suku Batak, agar tetap eksis ditengah arus globalisasi tanpa sekat saat ini. Sehingga sering kita temukan perkumpulan, organisasi, paguyuban bernamakan marga atau sukunya tersebut (foto atas:  Parsadaan Hasibuan Pahae Barumun Pahulu Sosa).
Dari tarombo maka lahir tutur, yang menjadi sebuah ucapan yang bermakna kehormatan dan sopan santun seseorang. Sehingga Masyarakat adat Batak Angkola menjaga etika ucapan ini, Bayo paradat dodas doi martutur. Dari tutur juga kita mengetahui hubungan persaudaraan seseorang. Tulang, Amanguda, Ambou, Boru. Dll. 
Tutur ini, diwariskan lewat orang tua, pengalaman dan juga lingkungan. Perlu kita reedukasi kembali ditengah masyarakat. Agar mengajarnya baik dilingkungan keluarga, sekolah tentang tutur sapa ini, sebagai salah satu keunikan dari suku batak itu sendiri. 
Dari tutur lahir sikap hormat menghormati, Rasa ingin tahu terhadap asal muasal Partuturon. Terjalin keharmonisan pergaulan, dan juga menjaga kerukunan warga masyarakat. 

Salam 
Horas horas horas. 
Taufik Akbar Hasibuan, M.Pd Gelar Sutan Guru Hasibuan. 
@Gurualifalif

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan