SUHUT BOLON DALAM PILKADA

Suhut Bolon dalam Istilah adat Batak Angkola, Mandailing, Tobas. Sama halnya dengan ahli bait, tuan rumah, keluarga besar dalam sebuah hajatan. 

Tulisan ini mengungkap salah satu sisi kearifan lokal, yang ada dalam masyarakat Batak, sebagai khazanah kultur budaya yang bersentuhan dengan politik, sosial dan kemasyarakatan. Mencoba melirik sistem politik di negara kita dalam hal perhelatan Pemilihan Kepala daerah di berbagai Provinsi dan Kabupaten di Indonesia

 Dalam bahasa Batak, suhut bolon di artikan sebagai tuan rumah, dalam sebuah pesta mereka adalah penyelenggara pesta. Hasuhuton, yang  bertindak sebagai tuan rumah. Istilah ini bisa juga kita gunakan dalam tatanan kepemerintahan, suhut bolon disebut sebagai pimpinan, atau penanggung jawab dalam pelaksanaan roda kepemerintahan .
 
Suhut bolon bisa saja orang-orang dekat dari keluarga, yang melangsungkan hajatan tersebut. Jika dalam sebuah pesta, bisa keluarga dari pihak suami, atau dari pihak istri. Merekalah yang paling dominan dalam suksesi sebuah hajatan keluarga. Baik itu pesta pernikahan, syukuran dan juga kegiatan yang mengundang orang lain. 

Dalam pemerintahan, baik dalam skala kabupaten, provinsi dan juga Nasional.  suhut bolon ini adalah mereka yang dipercayai oleh atasan atau pemegang tapuk pimpinan, Presiden, Gubernur, Kepala Daerah, Bupati, Walikota, Camat. Kepala Desa.

Mereka yang menjadi aktor utama, untuk mensukseskan hajatan yang disampaikan saat pesta demokrasi. Tentunya dengan segala keahlian, kemampuan, ketokohan, keuangan, dan juga kedekatan mereka dengan SUHUT yakni pimpinan.

Ditangan merekalah suksesi kepemimpinan akan berjalan. Maju, mundur sebuah kabupaten, juga terletak pada "SUHUT BOLON" ini. Jika suhut bolon hanya sebagai NATO "No Action Talk Onli", bukan NATO tentara sekutu saat perang dunia kedua. Maka Kabupaten tersebut hanya bisa ubar janji, cerita saja. Terhadap bawahan seperti  "Hitler" saja. Tegas, keras dan Diktator. Namun jika berkaitan dengan kepentingan pribadi dan golongan action NOL BESAR.


Bisa juga "SUHUT BOLON" ini bertipe lembut  seperti NONA "Name Only No Action" jual muka, penjilat, muka badak (Kata KH. Zainuddin MZ), muka tembok. yang penting posisi "TETAP", soal kerja. itu urusan lain. Adakan tipe seperti ini?

Jika berkaca pada teori, kualitas itu harus menjadi prioritas utama. Bagaimana seorang SUHUT "PIMPINAN", merangkul segenap potensi yang ada di daerahnya. Menjadikan mereka sebagai mitra kerja, ini tipe pemimpin ideal. 

Suhut bolon yang handal, akan berimbas kepada pelayanan masyarakat yang melayani dan membantu.  Kalau Suhut Bolon sekedar  "NONA" , tidak akan pernah berpikir bagaimana memajukan bidang yang diamanahkan.

Pelayanan kesehatan yang baik, infrastruktur yang baik, pendidikan yang merata. Kesejahteraan yang berkeadilan, akan mewujudkan nawacita setiap kepala daerah. Terkadang SI SUHUT BOLON, sering tidak punya kepercayaan pada bawahannya sehingga, segala keputusan harus keputusan sisuhut ini yang disebut pemimpin tipe otorite.

Jika demikian halnya, maka apapun program pemerintah cenderung akan jalan ditempat, jalan ditempat, jalan ditempat. Seperti lagu anak anak TK. Paling parah, MUNDUR MAJU MUNDUR MAJU CANTIK, SYAHRINISME namanya. 

Selamat berkomunikasi bagi para politisi yang melangsungkan perhelatan PILKADA Desember nanti. Semoga terpilih Bupati yang bukan Tipe NATO, NONA. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan