Pedas, (Menyoal Reshafel)

Pedas tapi asik, Dicintai juga dibenci. Dasar cabe bikin mulut kepanasan, otak kelabakan, namun tanpa kamu rasanya gimana gitu. 

Itulah cabe, rasanya pedas dimulut, tapi terasa nikmat ketika masuk ditenggorokan. Pada umumnya masyarakat Indonesia suka dengan cabe, bahkan ada yang lebih radikal, tanpa cabe makan tak enak. Menjadi bumbu andalan disetiap masakan, mau yang diolah atau jadi lalap tidak jadi soal. Yang pasti cabe menjadi menu utama. 

Cabe diciptakan memang aneh, Pedas bikin panas. 
Bayangkan jika rendang tanpa cabe? Sambal terasi tanpa cabe?
Bahkan di Padang (Sumatera Barat), kental cabe sebagai menu favorit disetiap masakan. Ada sambal lado ijo, dengan cabe hijau penuh sepiring, Cincang, Baluik Lado ijo, dendeng. Selera pedas memang maknyos. 

Hasilnya?  Selera makan akan bertambah, bahkan menurut para ahli kesehatan cabe bisa menambah hormon, sangat cocok untuk menambah adrenalin. Wah ternyata cabe punya banyak khasiat, cuci perut juga bisa. Pedas tapi asik!!!

Kira kira itulah sisi lain dari sekolah alam,  pedas itu belum tentu menyakitkan, justru bikin asik. Seperti cabe, bisa saja pedas tapi memicu adrenalin kita, lebih kencang lagi. Sehingga daya semangat kita semakin bertambah, semangat kita semakin tertantang. 

Pantas RASULULLAH SAW menyampaikan,
 "Ahbib habibaka haunan ma, 'asa an yakuna baghidhoka yauman ma. Wa abghidh baghidhoka haunan ma, 'asa an yakuna habibaka yauman ma" (Cintailah kekasihmu itu sekedarnya saja, boleh jadi kamu akan membencinya suatu ketika. Dan bencilah orang yang kamu benci sekedarnya saja, boleh jadi kamu akan mencintainya suatu ketika) (HR. Tirmidzi).

Menurut para Ahli hadis, hadis ini menyuruh kita agar tidak membabi buta. Tidak fanatisme terhadap sesuatu hal yang bersifat duniawi. Persoalannya sederhana, karena hati manusia sifatnya berobah obah. Dengan demikian akan lahir sifat humanisme, yang menilai sesuatu sesuai dengan kadar dan ukurannya. Dan jikapun nanti lahir kebencian dan kecintaan tidak terhalang oleh fanatisme. 

 Orang kita menyebutnya "Pahit jangan cepat dibuang, manis jangan cepat ditelan". Begitulah kira kira makna tersirat dari istilah diatas.  Kadang kala pedasnya kritik yang disampaikan orang lain, bukan untuk menyudutkan kita, semestinya kita melihatnya dari sisi lain sebagai pemicu adrenalin untuk lebih giat lagi. 

Kritik ibarat rasa pedas, yang hangat dimulut, namun tanpa kritik selera bekerja kita tidak akan tertantang. Sangat aneh ketika ada orang yang anti kritik, bahkan penguasa itu adalah lahannya kritik. Ibarat rendang sangat aneh tanpa cabe. 

Segala sesuatu yang bersifat publik sudah lah pasti akan dihiasi dengan Kritik. Jadi supir angkot, Ojol saja tak luput dari kritikan penggunanya. Apalagi sekelas pejabat kepala desa, kepala sekolah, Camat, Lurah, Kepala Desa, Bupati, Gubernur, Presiden. Apalagi Menteri, reshafel itu biasa dan haknya Presiden, Mau bilang apa Coba?.

Sungguh sangat aneh ketika mereka yang memegang kekuasaan tidak di kritik. Atau memang, Negara kita sudah menjadi Negara Otoriter yang anti kritik. 

Andakah penggemar cabe? 
Atau anti cabe?
eh......
Jangan tanya harga ya?  
Karna kita bicara soal rasa pedas yang bikin asik! bukan bicara harga. 

Salam sahabat, hingga malam ini cabe masih terasa pedas di kampungku.
Disana?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan