Ujian yang menimpa Imam Besar

Ujian yang menimpa IMAM BESAR

Kami mulai menuliskan kisah ini, seorang yang berjuang lewat lisan dan tulisannya. Hasilnya tidak seperti tentara dengan senjatanya. Akan tetapi ia dikenal begitu luas, fatwa dan keputusan hukumnya menjadi ikutan umat manusia. 

Suatu hari beliau bersenandung
احب الصالحين و لست منهم
لعلي أن أنال بهم الشفاعة
و اكره من تجارته المعاصى
وإن كنا سويا في البضاعة
"Aku mencintai orang orang sholeh, meski aku tahu aku bukan orang sholeh
Semoga aku mendafatkan syafaat dengan mencintai mereka
Dan aku membenci orang yang dagangannya kemaksiatan
Meski aku penuh dengan kemaksiatan "

Dikala itu, tepatnya di Negeri Yaman, sedang dikuasai oleh seorang pemimpin yang zalim dan lalim. Untuk mencegah kezalimannya semakin parah, agar tidak menimpa orang orang yang tidak bersalah. Maka Ia menimpakan sesuatu yang hasilnya jauh lebih berbaya dari pada sabetan pedang. Inilah yang disebut dengan Kritikan. 

Dilain sisi, rakyat pengikutnya memuja muji pemimpinnya, menaikkan pamornya. Dan menyanjung nyanjung sang pemimpin, yang sesungguhnya hanya sebatas memenuhi perut dan juga tameng agar terhindar dari amukan pemimpin yang lalim. Mereka hanya berdagang kemaksiatan pada diri mereka. 

Dasar persoalan sebenarnya sederhana, ketakutan akan hilangnya kekuasaan. Padahal sesungguhnya Dia tidak ingin sedikitpun,  berada dalam lingkaran kekuasaan tersebut. Namun setan merasuki akal mereka, hingga menghalalkan segala cara. 

Sehingga dikala itu, nyawa begitu mudah melayang. Terlebih orang yang tekait dengan masalah tersebut, mereka tidak segan segan membununnya. Meskipun hanya bermodalkan prasangka bukan berdasarkan keyakinan dan fakta. 

Di Yaman kala itu sedang terjadi perbedaan pemahaman mengenai Keturunan Abbasiyah dan juga keturunan Ali. Keturunan Abbasiyah menjadi penguasa dan pemimpin Yaman, sehingga mudah saja mereka menuduh orang yang tidak sepaham dengan mereka sebagai keturunan Ali, sehingga hukum, bahkan dibunuh tanpa diadili sudah sering terjadi. 

Kala itu mereka menuduh 10 (Sepuluh orang) keturunan Ali, sedang mengatur siasat. Melawan pemerintahan yang Sah. Mereka dituduhkan akan merusak, makar dan mengganggu keamanan Kota Yaman. Maka mereka berpendapat membunuh mereka tidaklah berdosa. 

Salah satu dari mereka bernama Muhammad bin Idris, bin Abbas, bin Utsman bin Syafii bin sa'id bin Ubaid, bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Abdil Muthalib bin Abdil Manaf Alquraisyi. Atau lebih dikenal dengan nama Imam Syafii. Nasab beliau bertemu  dengan Nabi Saw pada Kakek beliau Abdi Manaf. Kakek beliau bernama Syafii pernah bertemu dengan Nabi SAW, ketika Nabi masih kecil.
Ibunya bernama Fatimah binti Abdillah bin Husain bin Ali Bin Abu Thalib. Dari silsilah ini cukup menunjukkan bahwa beliau adalah berasal dari keturunan yang Mulia. 

Penguasa Yaman kala itu, membangun opini. Agar Raja Harun Arrasyid di Baghdad percaya. Dan menghukum "Pemberontak ini". Bahkan mereka menuduh Imam Syafii telah melakukan kebohongan besar, memfitnahnya dengan tuduhan yang tidak masuk akal. Tujuan mereka satu, bagaimana Imam Syafii mati, tidak bisa mengkritisi pemerintahan di kota Yaman. 

Gayung bersambut, Khalifah Harun Ar-rasyid terpedaya. Sehingga sepuluh orang pemberontak itu harus dieksekusi mati, tidak boleh ada yang selamat. Gugurlah sembilan orang dengan tuduhan yang dibuat buat, hilanglah nyawa hanya karena nafsu kekuasaan. Assyafii selamat dari buas dan ganasnya fitnah yang sedang berjalan kala itu  hingga beliau berpindah ke kota Mesir, yang bisa memberikan keamanan dan kenyamanan kepada Beliau untuk menoreh karya karyanya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan