INDAHAN TONDI

Tradisi akan tetap lestari dan terjaga, apabila penganut tradisi tersebut paham dan mengerti bagaimana makna dan tujuan dari sebuah tradisi adat tersebut. 

Pendahuluan

Tulisan singkat ini, menjelaskan tentang sebuah tradisi dalam adat Batak Angkola pada khususnya. Meskipun ada diberbagai daerah lain di Indonesia, yang memiliki kesamaan dan kemiripan. Sebagai cara untuk melestarikan adat budaya Batak Angkola yang mulai terkikis oleh kemajuan zaman, dan juga karena ketidak pahaman generasi adat itu sendiri dalam melestarikan dan menjaga adat warisan leluhurnya. Dalam kesempatan lain, penulis juga akan menyajikan hukum Indahan Tondi menurut Syariat Islam, sebagai agama yang mayoritas dianut oleh Generasi adat Itu sendiri.

Tulisan ini juga menjadi oase bagi pecinta adat, generasi adat yang lahir, tumbuh dan besar dinegeri yang jauh berbeda adat istiadatnya dari nenek moyangnya. Agar para perantau, juga paham dan mengerti adat istiadat leluhur mereka yang harus mereka lestarikan juga. 

Semoga tulisan singkat ini, bisa mengobati dan juga menjadi tambahan referensi bagi para generasi adat itu sendiri. Tentunya akan ada kemiripan, dan juga perbedaan antara masing masing Luat (wilayah adat). Namun tentunya itu harus kita maknai sebagai khazanah kekayaan adat istiadat kita, yang tidak perlu di perdebatkan dan dipersoalkan. "Kami bukan orang pandai, juga bukan orang cerdik. Jika salah tolong diajari, jika lupa tolong diingatkan"

Pengertian Indahan Tondi

Secara bahasa terdiri dari dua kata Indahan (Nasi), sebagai makanan Pokok dari masyarakat Batak Angkola. Tondi (Jiwa, Ruh). Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari raga manusia itu sendiri. 
Secara Istilah Indahan Tondi  diartikan sebagai Makanan yang dibuat oleh pihak keluarga perempuan (Istri), yang disajikan dengan cara tersendiri, juga dengan menyediakan lauk pauk segala jenis yang hidup di air, dan juga di darat. Dan diberikan pada waktu tertentu, dengan  tujuan penerima sehat walafiat. 

Dengan demikian, Indahan Tondi Adalah tradisi masyarakat Batak Angkola untuk memberikan motivasi kepada putri mereka agar tetap kuat dan sehat, jiwa dan raganya. Dalam menyambut proses kelahiran anak (cucu) mereka nantinya. 
Sekaligus sebagai cara untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Ibu dan Kandungannya diberi kekuatan dan kesehatan. 

Bahan Bahan Indahan Tondi

Tidak seperti makanan sehari hari yang disajikan masyarakat, Indahan Tondi  terdiri dari bahan bahan yang khusus dibuat, baik itu penyajian dan juga tempat menyajikannya. 
Berikut ini bahan bahan dalam Indahan Tondi
1. Talam (baki, sebagai tempat menyajikan)
2. Bulung Pisang (daun pisang)
3. Indahan nabottar, narara, nagorsing (Nasi tiga warna, Putih, Merah, Kuning)
4. Piramanuk (telur)
5. Sira (Garam)
6. Ihan pitu (Ikan tujuh macam)
7. Wajit (Makanan khas daerah Batak Angkola) "akan kita ulas dalam kesempatan lain"
8. Sasagun (Makanan Khas)
9. Tali nadi puyu bahat na ganjil (Tali yang di anyam, jumlahnya ganjil)
10. Abit (Kain Sarung)
11. Abit Nagorsing (Kain berwarna Kuning, sebagai pembungkus)
12. Bunga dua mocom (Bunga dua jenis, yakni daun Beringin, bunga bungaan)
13, Sanggar (Tanaman Khas)
14. Mandera (Bendera, Dalam hal ini tentunya Merah Putih, mungkin zaman dahulu adalah bendera kerajaaan)
15. Burangir, (akan dijelaskan dalam edisi lain)
16. Gule, (Gulai Ayam dalam tempat tersendiri)
17. Hodong ni Harambir (Pelepah kelapa, tujuannya mengikat Indahan Tondi
18. Indahan di Ampang ( Nasi dalam bakul)
19. Pangan panganon (Kue kue Cemilan)

Cara Penyajian Indahan Tondi

Dalam tradisi Angkola, Indahan Tondi di berikan dengan tiga cara, disesuaikan dengan kondisi, waktu dan juga jarak tempuh dari satu kampung kepada kampung yang lain. Adapun dalam tradisi Angkola indahan tondi diberikan dengan tiga cara :
1. Ditaruhon Maradat ( Diantar dengan adat) Dalam hal ini, harus lengkap segala komponen adat itu sendiri yang ikut menghantarkan Indahan Tondi, Kahanggi, Anak Boru, Mora, Natobang. (Silahakan di baca pengertian masing). 
2. Ditaruhon marwakil (Diantar dengan utusan) Kepada Natobang diserahkan, hal ini biasa dilaksanakan apabila gadis (Istri tersebut bukan gadis Angkola, seperti Minang, Jawa, Melayu dll). 
3. Dipasahat (Dikirimkan) ini tidak ada acara resmi di kampung si perempuan tersebut. 

Namanyorahan dohot Namanjagit

Dalam hal ini, jika indahan Tondi Diantarkan dengan adat, maka ada orang orang tertentu yang menyerahkan indahan tondi. Merekalah nantinya yang akan menyampaikan kata kata, doa doa dan ucapan ucapan yang sesuai dengan adat istiadat. 
 Secara umum dapat dibagi kepada dua kelompok. 
1. Namanyorahon (Yang memberikan)
Tentunya ini adalah utusan dari keluarga perempuan tersebut (Istri). 
A. Ama Topotan (Ama Topotan adalah orang yang diunjuk sebagai Kahanggi dari keluarga perempuan di kampung tersebut
B. Amang Uda
C. Iboto 
D. Anak Boru
E. Hatobangon

2. Namanarimo (yang menerima)
Utusan dari keluarga Laki-Laki (suami). Mereka juga nantinya yang menjawab, apa saja yang disampaikan oleh pihak keluarga perempuan tersebut. 
A. Parumaen/Anak 
B. Amang
C. Amang uda
D. Anak boru
E. Hatobangon

Jejeran diatas baik dari pihak Manaruhon, manarimo terdiri dari pihak perempuan dan laki laki. Jika kita kumpulkan keseluruhan yang menyampaikan dan menjawab ini adalah sebanyak  20 orang, masing masing pihak terdiri dari sepuluh orang. 

Demikianlah secara singkat dalam hal indahan Tondi dalam adat budaya kita di Angkola khususnya. Kelestarian adat istiadat ini apabila kita sebagai penganut adat itu sendiri paham dan mengerti tata cara pelaksanaannya. Sebaliknya jika generasi adat tersebut tidak memahami, dan juga tidak mempelajarinya maka adat tersebut akan dengan sendirinya hilang atau bergeser. 

Semoga Bermanfaat
Taufik Akbar Hasibuan, M.Pd. 
Gelar Sutan Guru Hasibuan
Penulis, pemerhati adat budaya. 
@Gurualifalif.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan