Menyibak Peran Media dalam Peradaban Manusia

"Ingin Sukses Kuasai IT" Pepatah ini tidak terlalu berlebihan, apalagi diera 4.0 saat ini media mampu merubah minsed manusia seutuhnya. Dari Nol hingga memiliki prinsip yang sulit dipatahkan, dan tidak jarang berujung pada fanatisme. 

Perkembangan media, seiring juga dengan perkembangan teknologi saat ini. Dari Radio, surat kabar,  Koran, Televisi, hingga digitalisasi menjadi evolusi media yang tidak bisa kita bantahkan. Android, menjadi trendi dimasyarakat saat ini, hampir setiap orang dewasa memiliki Hadhware Android, ipon dalam gemgamannya. Sehingga penyebaran informasi begitu massif dan cepat, seperti air bah yang tidak bisa dibendung. 

Keruntuhan Orde lama, juga tidak lepas dari peran media saat itu. Terlebih PKI dalam pemberontakan tahun 1965, menguasai RRI pertama kali. Menyampaikan informasi kepenjuru tanah air, kemudian menyatakan telah mengendalikan Negara. 
Demikian juga orde baru, reformasi 1998 juga tidak terlepas dari peran media. Selain isu krisis keuangan, yang menyandera negara kita. Media massa juga memiliki peran dalam membentuk opini publik saat itu. Alhasil Presiden Soeharto 32 tahun berkuasa, menyerahkan pucuk pimpinan Negara kepada Presiden BJ. HABIBI dengan legowo tanpa pertumpahan darah. 

Sejarah Media di Tanah Air

Pertama kali, pedoman resmi penerbitan surat kabar dan majalah diseluruh Indonesia dikeluarkan pada tanggal 12 Oktober 1960. Ditanda tangani oleh Ir. Juanda selaku pejabat presiden. Didalamnya berisi tentang pedoman, dan persyaratan untuk menjadi media yang memiliki hak siar di Tanah Air. 

Seperti mata pisau, peraturan yang dibuat untuk ketertiban, keamanan dan kenyamanan. Bisa saja digunakan sebagai alat oleh penguasa untuk mengatur tatanan kehidupan. Demikian juga halnya pedoman resmi tertanggal 12 Oktober 1960, tidak luput dari kepentingan politik menjelang ahir masa pemerintahan Presiden Soekarno. 

Melihat situasi politik yang mulai memanas, terlebih semakin mesranya presiden Soekarno dengan paham komunis. Hingga melahirkan istilah NASAKOM (Nasional Agama Komunis). Protes protes keras dari pihak pihak oposisi pemerintah. Maka pemerintahan Soekarno menjadikan Pedoman itu dipergunakan oleh penguasa, untuk menindak surat kabar dan majalah yang tidak disenanginya. Bahkan paling patal dicabut surat izinnya, sehingga tidak bisa lagi bersuara. 

Media Korban Kepentingan

Melihat media semakin gencar mengkritisi pemerintah, dan juga masifnya suara suara yang berseberangan ditengah tengah masyarakat. Maka pemerintah mengambil sebuah kebijakan. Yang Akibatnya, satu demi satu penerbit yang gigih menentang dominasi PKI (Partai Komunis Indonesia) dicabut Surat Izin Terbit (SIT). Dilarang beredar, menyiarkan, dan menyebarkan informasi tanpa izin dari pihak penguasa. 

Adapaun Saat itu, surat kabar yang di cabut izinnya antara lain:  Harian Pedoman, Nusantara, Pos Indonesia. Sehingga makin sedikit media pancasilais yang hidup. Menyebarkan infomasi yang berimbang ditengah tengah masyarakat. Dilain sisi, media plat merah. Yang berafiliasi dengan PKI dan pemerintah semakin merajalela.  Media PKI (Partai Komunis Indonesia), yang beredar saat itu. HARIAN RAKJAT, BINTANG TIMUR, DAN WARTA BHAKTI. Lewat corong media massa, mereka menyebar propaganda untuk menghitamkan dan bahkan menyingkirkan lawan politiknya.

Tidak hanya media yang menjadi sasaran mereka, bahkan organisasi yang disinyalir, menentang dan memprotes kebijakan pemerintah. Tidak luput dari sasaran pisau peraturan tersebut, bahkan tidak jarang berujung pada pembubaran dan penutupan organisasi organisasi tersebut. 

Organisasi guru tak luput dari incaran, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menjadi incaran untuk dikuasai. Ketika usaha penguasaan PGRI ini tidak berhasil, tahun 1963 mereka membuat PGRI tandingan. Dualisme kepemimpinan menjadi cara ampuh untuk membelah, dan mematahkan kekuatan lawan. Banyak organisasi masyarakat, kepemudaan, kemahasiswaan menjadi sasaran amukan kekejian saat itu. 

Tahun 1965 awal keruntuhan Orde Lama, Lembaga pemerintah yang mereka kuasai adalah RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI), Bandara Halim tak luput mereka Kuasai. 
Inilah sekelumit kisah politik untuk menguasai media, sebagai garda terdepan menguasai rakyat.

Sejarah bisa saja berulang dan terjadi, meskipun dalam masa yang berbeda. Namun jika dicermati akan ada pola pola tertentu yang memiliki kesamaan dan persamaan. Sebaliknya, akan tetap ada orang orang yang kokoh dan kuat menentangnya dengan segala kemampuan dan kekutan mereka. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan