Pendidikan Yang Meluas “Upaya melibatkan Sekolah, Keluarga dan Civil Society”

 


Lembaga Pendidikan tidak bisa berjalan sendiri, lembaga pendidikan harus menjalin komunikasi dengan segenap kompetensi yang mendukung kemajuan pendikan itu sendiri. baik itu lembaga, Instansi pemerintah lainnya, pihak swasta dan juga masyarakat sekitarnya.  

            Jakarta tentunya menjadi barometer Indonesia, selain sebagai kota Megapolitan, Jakarta menjadi pusat Pendidikan, bisnis, ekonomi, pemerintahan, hiburan dan bahkan menjadi pusat agama. Barometer Indonesia di mata dunia. Sesuai dari data BPS tahun 2016 jakarta berpenduduk ± 10 177 924. Namun pada siang hari bisa bertambah menjadi 2 kali lipat, sehingga Jakarta menjadi kota tersibuk di Indonesia. Di dunia Internasional mereka menyebutnya J-town, atau lebih populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City.

Ditengah suasana “Hangat” era covid-19, pendidikan seolah stagnan, meskipun ada upaya "daring" yang dirancang oleh pemerintah. Ternyata tidak mampu menggerakkan sektor pendidikan, sehingga pendidikan (untuk tidak mengatakan TIDAK BERJALAN). Jakarta mungkin saja sukses melaksanakan "Daring" begitu juga kota kota besar lainnya. Padang Lawas Sebagai salah satu Kabupaten yang cukup jauh dari Ibukota Jakarta, tidak begitu aktif dalam kegiatan "daring" infrastruktur, sumber daya, dan juga fasilitas lainnya, tidak bisa mengimbangi Jakarta yang sudah menjadi The Big Durian.  

Satu kata ini yang akan kita kuliti “MELIBATKAN”melibatkan masyarakat dalam dunia pendidikan. Melibatkan masyarakat dalam memajukan dunia pendidikan kita yang penuh dengan desah desuh. Belum selesai persoalan kurikulum, muncul persoalan plonco di Pramuka kemarin, tragedy Seorang Siswi SMK N 3 Padangsidimpuan Mati mengenaskan. Dengan meminum sebotol racun hanya karena persoalan depresi UASBN. dan terahir persoalan "Daring" menjadi persoalan yang menyita perhatian publik dalam dunia pendidikan.

Dalam KBBI melibatkan diartikan menjadikan turut terlibat (tersangkut, terbawa) dalam suatu masalah. Jika kita simpulkan melibatkan menjadi masalah bersama. Bukan lagi menjadi masalah sekelompok orang, baik sekolah, guru, pemerintah dan masyarakat lagi. Akan tetapi sudah menjadi masalah umum, yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Sehingga pendidikan, bukan lagi menjadi persoalan tersendiri bagi sekolah, namun menjadi persoalan seluruh lapisan masyarakat

Ada tiga unsur yang terlibat didalam dunia pendidikan ini

1.      Sekolah

Dalam hal ini sekolah adalah kumpulan dari Siswa, Guru dan pemerintah. Siswa akan menjadi objek pendidikan itu sendiri, menjadi sasaran dari kebijakan yang ditentukan oleh guru dan pemerintah. Siswa yang lebih dominan dalam KBM (Kegiatan belajar mengajar) menurut K13. Mereka harus lebih kreatif, aktif dalam menyikapi setiap perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan. Jika siswa tidak berperan aktif, maka akan tergilas oleh zaman, bisa jadi mereka akan depresi ketika tidak bisa mengakses dunia pendidikan yang semakin maju. Maka angka putus sekolah akan bertambah,

Guru komponen kedua yang harus bertransformasi disetiap saat, mencari celah untuk bisa menjadi panduan si anak dalam memahami setiap materi-materi pelajaran yang diajarkan. Jika Guru istiqomah dalam konvensionalnya maka mereka secara perlahan dan pasti akan dijauhi oleh anak didiknya. Jadi guru harus siap bertransformasi!

Pemerintah juga tak kalah pentingnya, Undang-undang kita mengamanahkan 20% dari APBN/APBD untuk menangani masalah masalah didunia pendidikan, perawatan, operasional sekolah dan juga kebutuhan lainnya.   

2.      Orang tua

Sebuah keluarga menjadi sekolah pertama si anak, dalam mengembangkan segenap potensi yang mereka miliki, bukankan Keluarga lebih memahami psikologi anak tersebut? Dan lebih mengerti sikap dan prilaku anak-anak mereka sendiri.

Disinilah peran utama keluarga harus di optimalkan, terlibat secara langsung dalam peningkatan pendidikan anak. Keluarga menjadi rooler model bagi anak dalam memacu semangat dalam meningkatkan pendidikannya.  Menjadi relasi (mitra) sekolah untuk mengembangkan segenap potensi yang di miliki oleh si Anak. Tidak hanya sebatas pemberi belanja. Namun lebih dari itu.

Keluarga yang aktif akan menghasilkan generasi yang kreatif, inovatif. Bukan lagi keluarga yang hanya sekedar catatan di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil setiap daerah, namun keluarga harus bersinergi dengan mitranya untuk bersama membangun sebuah keluarga yang hebat!

3.      Civil society

Yang dimaksudkan adalah segenap potensi yang ada ditengah masyarakat untuk terlibat aktif dalam memajukan dunia pendidikan kita. Warnet menjadi relasi sekolah untuk tidak membiarkan anak-anak bermain game online di jam jam belajar, dan bahkan Perusahaan perusahan disekitar lingkungan sekolah membantu dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan sekolah.

            Ketika ketiga hal ini bersinergi, maka pendidikan kata akan memiliki karakter yang kuat. Memiliki pondasi yang kuat dalam mewujudkan amanat Undang undang dasar 1945. “mencerdaskan kehidupan bangsa” komponen ini tidak lagi berjalan sendiri sendiri, sekolah sibuk dengan PBM, orang tua sibuk diluar mencari nafkah . perusahaan tidak lagi hanya focus target penghasilan.

Dan inilah sesungguhnya tugas para pucuk pimpinan, menyatukannya, Kepala Sekolah, Bupati/walikota/Gubernur. Juga harus ikut serta. Melibatkan segenap kekuatan yang ada dalam mewujudkan pendidikan yang meluas dan merata.

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan