Resolusi Amal Bakti (HAB KEMENAG)

Kami tidak menjual kalender, uluran tangan, donasi dari siapa saja. Kiranya bisa membantu baik lewat doa dan materi untuk proses pembangunan Masjid kita ini. 

Resolusi Amal Bakti (Catatan Hari Amal Bakti Kementerian Agama)

Tahun 2020 menyisahkan berbagai catatan bagi kita, khususnya dibidang keagamaan. Berbagai persoalan melanda dunia Keagamaan kita, dan tentu pendidikan keagamaan kita pada khususnya. 
Berbicara agama tentu tidak terlepas dari tujuan beragama itu sendiri, sebagai mana para ahli mengartikan Agama A: tidak Gama : kacau Sederhananya Agama bermakna Tidak kacau. Maka jelaslah seseorang yang beragama agar akal pikiran, pola pikir, perspektif dan juga motivasi hidupnya tidak kacau balau. Ada tujuan Pendek, terlebih tujuan jangka panjang yang diharapkan dari agama tersebut. Apapun agamanya menanamkan hal ini kepada pemeluk agamanya masing masing. 
Dalam buku Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan  yang ditulis oleh Bachtiar Efendi. Menuliskan " Abad 21 akan melahirkan beragama tantangan, isu globalisasi, demokratisasi, pluralisme, dan dalam kadar tertentu berbagai benturan kebudayaan diramalkan akan terjadi. Buku ini di tulis tahun 2001. Artinya 10 tahun yang telah beliau prediksi akan terjadi kekacauan seperti saat ini. 
Keberagamaan kita sedikit terusik, sehingga perlu duduk bersama untuk menyusun kembali kekuatan agar kebhinekaan kita tidak terkoyak dan terpecah menjadi kelemahan kita sebagai bangsa Indonesia itu sendiri. 

Salah satu sektor yang dianggap bisa merawat kebhinekaan ini adalah sektor Pendidikan. Kementerian agama, juga memiliki kewenangan dinegara kita dalam mengelola sektor pendidikan. Meski sedikit aneh, dalam satu negara dua instansi menangani pendidikan Dasar. Namun inilah keunikan NKRI yang menjadikan kita semakin besar. 

Harapan tercurahkan kepada sektor pendidikan, agar muncul sikap menghargai Pluralismenl keagamaan. Pertanyaannya : Dapatkah Sektor pendidikan diandalkan?

Para tokoh sekuler, komunis dan mereka yang anti agama sering meramalkan, ditengah derasnya globalisasi, Agama akan mengalami kemunduran, dan bahkan agama menjadi sebuah penghambat dalam kemajuan. Namun dalam kenyataan saat ini, agama justeru menjadi perbincangan yang menarik ditengah tengah masyarakat. 
Kenyataan ini membuktikan tesis umum tentang nasib agama yang akan menempati subordinate dalam kaitannya dengan kemajuan sains dan teknologi, ternyata tidak benar. Justeru agama mampu beradabtasi dengan Teknologi dan sains. 
Hampir seluruh perkembangan sosial, ekonomi, politik disertai bergeraknya pendukung keagamaan. Kelompok sosial keagamaan semakin banyak bermunculan, usaha perekonomian berbasis syariah semakin banyak hadir ditengah masyarakat. Bahkan politik identitas keagamaan semakin terang dan nyata ditengah tengah masyarakat. Religiously or spritually enganged socio economic and political development ( Phillipe E. Hammond, Universitas Calivornia Press. 1985). 

Merumuskan Tata Hubungan Antar Agama
Sejarah Sosial Politik bangsa Indonesia, kaya akan bukti dari pernyataan Teoritis. Skisme keagamaan dan sejarah Antagonis antara santri dan kaum abangan yang berkembang dizaman Mataram menjadi bukti konkrit dalam hal ini. 
Harus kita akui, bahwa sampai saat ini kita belum mempunyai kiat kiat pengaturan kehidupan pluralisme keagamaan. Sebab pluralisme tanpa adanya seperangkat nilau dan aturan yang menemaninya akan menciptakan ketegangan ketegangan. Seperti yang ditunjukkan oleh sejarah Mataram bisa terulang kembali. 

Seharusnya inilah tugas utama dari kementerian agama, mencari, merumuskan kiat kiat dan aturan ini agar terbangun harmonisasi dalam keberagaman bangsa ini. Antagonisme antarberbagai komunitas Agama di Indonesia muncul karena masalah ketidaktepatan atau kesemena menaan. 
Meskipun agama bersifat inklusif, universal, teanscending namun kita jangan lupa agama juga memiliki wajah lain yang bersifat, eksklusif, partikular dan primordial. Kenyataannya agama memiliki Janus Faced (Bermuka dua), dan itu melekat pada setiap agama. 

Kita sering membicarakan Pancasila sebagai Common Platform, atau sebagai Kalimatun sawa. Bagi kehidupan sosial, politik, ekonomi bangsa Indonesia. Tetapi dalam langkah dan kerangka deliberate dan lebih spesifik, penjabaran dari common platform dan Kalimatun sawa belum ada atau untuk tidak mengatakannya tidak ada sama sekali. 

BPIP  (Badan Pengawas Ideologi Pancasila) yang dibentuk terkesan hanya sebagai jabatan terima kasih, untuk mengatakannya sebagai balas jasa terhadap mereka yang menduduki jabatan tersebut. Sejak era orde baru legal binding  yang diharapkan tidak berjalan secara efektif, akibatnya pluralisme agama tetap menjadi persoalan dalam negara kita. 
Ini juga berarti penyadaran manusia menjadi kata kuncinya, disini semestinya peran Kementerian agama. Bukan hanya sekedar merumuskan serangkaian  legal ceafting.  Yang kita tuju adalah kesadaran manusianya bahwa ia tidak sendirian dalam kehidupan didunia ini. 

Sektor Pendidikan Sebagai Harapan

Hingga saat ini pendidikan menjadi infrastruktur paling efektif dalam menjawab persoalan ini, kita ketahui, kesadaran para elit bangsa diawal kemerdekaan bangsa ini disebabkan oleh faktor pendidikan mereka yang hampir sama dengan para kolonial. Apalagi yang berkaitan dengan agama dianggap menjadi infrastruktur paling efektif. 
Dalam perjalanannya selama empat dasawarsa lebih, pendidikan telah memberikan sumbangsi  yang luar biasa, proses transformasi masyarakat Indonesia dari tradisional ke modernis, Agraris ke industrialis. 
Dalam konteks komunitas Islam Nurcholis Madjid menyebutkan sebagai "Ledakan intelektual". Point penting yang perlu kita catat adalah demikian kuatnya kaitan antara Pendidikan dan Transformasi masyarakat. Paling tidak meningkatnya budaya pendidikan dan modernitas. 
Maka satu langkah mundur, ketika menempatkan posisi strategis dalam membangun bangsa ini, orang orang yang secara akademis tidak memenuhi syarat. Apalagi hanya karena hubungan politis. Maka ini yang menyebabkan mundurnya peradaban ditengah masyarakat kita.

Kita tidak ingin mengatakan bahwa, pendidikan menjadi satu satunya infrastruktur dalam memajukan tatanan kehidupan bermasyarakat. Kenyataan saat ini, pendidika  kita telah direduksi menjadi sekedar pengajaran. Disisi lain yang menonjol adalah hal hal yang bersifat Kognitif, penguasaan terhadap subjek akademik (angka). Bukan pada pengembangan watak (Karakter) anak didik. Bahkan tidak jarang, pendidikan justeru menyumbangkan persoalan persoalan yang dapat memperuncing kerukunan, kehidupan, keberagamaan. 

Melihat orientasi pendidikan kita dewasa ini, kita tidak bisa berharap banyak pada sektor pendidikan lagi. Menumbuhkan, sikap menghargai, realitas keberagaman dan keberagamaan. Apalagi suasana politik yang semakin memanas ini, ditambah ekonomi global yang tidak kondusif. 

Maka solusi yang tepat adalah melibatkan elit agama untuk merumuskannya, bukan memusuhi, menjustifikasi dan menjauhkan mereka dari penganut agamanya. Dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, justeru lebih relevan guna menciptakan kesepakatan kesepakatan bersama. 
Kementerian agama harus membuka ruang dialogis dengan tokoh tokoh agama, agar kembali tercipta keharmonisasian. 


 TAUFIK AKBAR HASIBUAN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan