AMBULAN MASJID (Sebuah inovasi untuk Sosial masyarakat)

Foto Ilustrasi Ambulan Masjid Desa Pasar Binanga. Sebuah cita cita yang belum terwujud hingga saat ini, tulisan ini pertama kami publish satu tahun lalu. 

Pasar Binanga adalah salah satu desa di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara.  Menjadi Ibu Kota kecamatan Barumun Tengah, sekaligus sebagai Pusat ekonomi di wilayah Kecamatan Barumun tengah. Memiliki luas 15,51 KM² dengan Jumlah Penduduk 3143 jiwa. (Sumber BPS PALAS 2017)  Saat ini di pimpin oleh Kepala Desa Amril Fauzi Hasibuan dan merupakan desa terpadat penduduknya di wilayah kecamatan Barumun Tengah.

Untuk Pemudahan Administrasi pemerintahan desadibagi menjadi 5  lingkungan. Meskipun belum menjadi kelurahan, Lingkungan I. Sepanjang jalan lintas Binanga Sibuhuan, lingkungan II seputaran Pasar. Lingkungan III, diseputaran Lapangan Bola Pasar Binanga, Lingkungan IV, dan menjadi lingkungan terluas berada diseputaran komplek MTSN Binanga. dan lingkungan V Di Sebut dengan nama Kampung Teladan. 

Pasar Binanga memiliki beberapa Tempat Ibadah, dengan perincian 1 buah Masjid, 3 Mushollah. Didesa ini juga ada 3 sekolah Dasar, 1 SMP, 1 Tsanawiyah. Pusat pemerintahan kecamatan juga berada di Wilayah desa Pasar Binanga. begitu juga dengan Kantor Pos, Bank Sumut, BRI, Pasar Modren, pada umumnya masyarakat merupakan petani. Meskipun banyak yang bekerja di sektor  lain. 

Sebagai daerah berkembang, tentunya perubahan sosial tidak bisa di hindari. Meskipun masih diikat oleh adat istiadat, pranata sosial di tengah tengah masyarakat lambat laun semakin menipis dikalangan masyarakat. Sebagai pusat ekonomi, juga menjadi pemicu terjadinya penyimpangan sosial. Apalagi penyebaran Informasi yang cukup cepat, Kehidupan ekonomi masyarakat. Menjadi alasan tersendiri sehingga lambat laun, rasa kekeluargaan semakin pupus di tengah zaman.

Jika tidak disikap dengan segera, tentunya akan menambah catatan degradasi kebersamaan di tengah masyarakat. Baik oleh tokoh adat, tokoh agama, dan pemerintah sebagai basis kekuatan masyarakat yang memiliki power. Mereka bisa menggiring opini publik untuk kesejahteraan bersama, tentunya pada ranah masing masing. Tokoh Adat menjaga kearifan lokal, sebagai warisan leluhur yang harus di pertahankan, meskipun ada beberapa sisi tertentu yang mengikuti perkembangan zaman. Pemerintah juga harus sigap merespon kebutuhan masyarakat yang berasal dari latar belakang yang berbeda agar jurang perbedaan sosial tidak semakin dalam. 

Demikian halnya dengan Para tokoh tokoh Agama, harus berinovasi terus mengawal dan menjaga kerukunan antar ummat, atau antara penganut ummat yang lain. meskipun secara statistik Pasar binanga 98% menjadi wilayah muslim. 

Atas Dasar inilah, Para pengurus Masjid atau yang lebih dikenal dengan BADAN KENADZIRAN MASJID (BKM), membaca peluang dan berinovasi untuk kemakmuran masyarakat. Kemakmuran masjid bukan hanya berbicara tentang bangunan masjid yang megah, full AC, atau yang memiliki KAS Masjid ratusan Juta rupiah. Akan tetapi bagaimana para pengurus masjid bisa menjadikan Masjid sebagai pusat peradaban, pusat perkembangan masyarakat sekaligus menjadi pelayan masyarakat dalam hal urusan keberagamaan tentunya.

Desa Pasar Binanga yang memilki jumlah penduduk 3 ribuan, tentu bukan hal yang mudah untuk  mengelola Kenadziran Masjidnya. Dimana Desa ini hanya memilki satu masjid Jami' sebagai satu satunya tempat pelaksanaan sholat jum'at atau tempat pelaksanan kegiatan keagamaan lainnya. Apalagi kondisi wilayah yang cukup luas, sangat  memungkinkan terjadinya gesekan gesekan di tengah masyarakat. Pengurus BKM harus menjadikan Masjid betul betul menjadi pusat pengembangan dan kemakmuran masyarakat desa Pasar binanga. 

Melihat kondisi ini, maka lahirlah sebuah inisiatif para pengurus untuk membantu masyarakat, dalam hal pengadaan mobil Ambulan Jenazah. Di dasari faktor lokasi masjid yang tepat berada di tengah Desa, dan juga lokasi Tempat  Pemakaman Umum (TPU) yang cukup jauh, sehingga terkadang sangat menyusahkan bagi masyarakat dalam hal proses penguburan mayit, tidak semua masyarakat bahkan 80 % masyarakat belum memiliki Mobil pribadi yang bisa digunakan untuk membawa jenazah. Bagi yang sudah punya kenderaan pribadi tentu ini ini tidak soal, yang jadi persoalan bagaimana dengan masyarakat menengah kebawah yang belum punya kenderaan pribadi. 
Di gotong ramai-ramai? 

Jarak tempuh yang cukup jauh, hampir 1 km dari perkampungan penduduk menjadi alasan paling mendasar tentang hal ini. Dari rumah kemasjid, dari masjid kerumah cukuplah jauh.
Kembali kepada masyarakatnya, tokoh agama, tokoh adat, dan unsur pemerintah menyikapi soal ini. sebagai salah satu pengurus BKM Masjid Baiturrahman Pasar Binanga, sudah layaklah kita kembangkan inovasi ini. 

Setidaknya membantu sesama, ketika mereka tertimpa musibah. Agar bisa membawa mereka berobat tanpa mengeluarkan recehan membayar ambulan, dan juga membantu masyarakat menggotong mayat ketika ada yang meninggal dunia. 

Di kobun kobun
10 Februari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan