Kerajaan Engkau yang Kuasai, Hati Rakyat Bersamaku (Kisah Inspiratif)

Merubah strategi, bisa menjadi senjata paling ampuh menaklukkan musuh. Diam bukan berarti menyerah, namun bisa saja mengumpulkan kekuatan yang lebih dahsyat. 

Sudah tiga putaran, Raja yang menguasai jazirah Arab. Tidak kunjung jua bisa mencium Hajarul Aswad, sebagai mana layaknya para penjiarah (Haji) yang sedang melakukan Thawaf. Meskipun demikian Sang Raja Tidak putus asa, terus berusaha mencoba untuk bisa mendekat dan mencium Hajarul Aswad yang mulia. 

Ratusan jamaah, semakin tak terbendung. Putaran thawaf semakin ramai. Jangankan mencium Hajarul Aswad, mendekatinya saja semakin susah dilaksanakan raja. Hingga pada putaran ketujuh, Raja tersebut tidak jua bisa mencium hajarul aswad. Putus asa sang raja melihat kenyataan ini, apa gerangan yang terjadi sehingga penguasa jazirah Arab Sendiri tidak bisq mendekati Hajarul Aswad tersebut. 

Dilain sisi, entah malaikat apa yang mengiringi pemuda itu. Disaksikan oleh mata kepala Raja, pemuda itu dengan mudahnya bisa mencium hajarul aswad, disetiap putaran selalu dilakukannya. Bahkan lautan manusia memberikan jalan untuknya mendekati hajarul aswad tersebut. Jamaah haji kala itu begitu memuliakan dan menghormati manusia tersebut, sampai sampai melebih hormat dan takjimnya mereka kepada Raja. 

Assajjad begitulah namanya, yang bermakna "Orang yang gemar bersujud". Bahkan dalam riwayat disebutkan, 1000 rakaat  lebih ia lakukan setiap harinya, diluar dari shalat fardhu yang ia laksanakan. Nama Assajjad disematkan karena ibadah yang ia lakukan. 

Selain itu, masyarakat banyak menyebutnya dengan nama Zainal Abidin (Perhiasaan Yang Ahli Ibadah). Ibadah yang ia lakukan mengetuk hati dan jiwa masyarakat. Inilah strategi baru yang ia bangun, menumbuhkan kembali hati dan jiwa masyarakat yang selama ini telah terkontaminasi oleh nafsu duniawi semata. Perpecahan, peperangan, dan bahkan pembunuhan sudah semakin lajim terjadi. Bahkan sesama Muslim sudah saling curiga mencurigai, tidak ada lagi saling mempercayai. Tidak ada lagi kasih sayang, Rahmatan lil alamin seperti tinggal teksnya saja dalam Alquran. 

Penguasa tidak mampu menjaga harmonisasi ditengah masyrakat, ketenangan seperti barang langka, keadilan sulit diharapkan. Seperti mencari jarum dalam sekam. Keputus asaan semakin kelihatan ditengah masyarakat. 
Kehadirannya seperti Oase dalam padang pasir, Para pemimpin telah mabuk kekuasaan, mabuk harta, dan tahta. 

Ayahnya memberi Nama "ALI" yang disematkan dari nama Kakeknya. Pemuda pertama yang mengakui Kerasulan Nabi Muhammad Saw, yang kemudian hari menjadi Sahabat pembelanya, dan menjadi suami dari Putri tercintanya "Fatimah Binti Muhammad Saw". 
 Ayahnya Mati di penggal Kepalanya, Diarak disepanjang Jalan, Husein bin Ali, cucu kesayangan Baginda Nabi "Hasan Husein Kelak akan menjadi Kepala Rombongan Pemuda yang masuk Surga"  begitu Sabda Nabi Saw. 

Mulut ayahnya ditusuk dengan tombak, diarak disepanjang jalan. Sebagai peringatan bagi siapa saja yang menentang Raja Jholim tersebut. 73 orang rombongan Ayahnya gugur Syahid, dibunuh tanpa prikemanusian. Bahkan rombongan mereka tidak memiliki senjata sama sekali. Iman telah hilang, cucu Baginda Nabi mereka perlakukan bak binatang buruan, dipenggal kepalanya hingga putus, diarak disekeliling negeri. 

Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah buyut Nabi dari putrinya Fatimah Azzahrah. Beliau tidak meninggalkan sedikit tempat untuk rasa dendam, atas perlakuan mereka terhadap ayahnya, pamannya dan juga Kakeknya. Dia tidak mengangkat senjata meskipun dia tahu, masyarakat sudah sangat mencintai dan menyayanginya. Mereka siap membela Ali jurriyat Nabi Saw. 

Dimalam malam gelap, beliau sering mencari rumah rumah yatim, fakir miskin, kemudian meninggalkan bahan makanan didepan pintunya. Beliau bersujud, bermunajat pada Rabbnya agar dibukakan hati masyarakat yang membenci dan menghina garis keturunannya. 

Demikianlah sepenggal kisah, perjalanan dakwah yang begitu berat tantangan dan hambatannya. Membangun komunikasi dengan Rabb pencipta sekalian Alam, menjalin silaturrahim dengan hamba hamba yang fakir. Mereka sadar, kehidupan ini hanya sebentar, menunggu pencabut nyawa singgah saja. 

Semoga bemanfaat.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan