Lagi dan Lagi (3 Komponen Pendidikan)

Izajah itu bukti pernah bersekolah, bukan bukti berilmu (RG). 

Edisi kemarin, kami tuliskan soal ini juga. Kalau tidak menyalahi pendidikan karakter yang kita harapkan, belum mencapai target yang diharapkan. Apalagi ditengah wabah covid19, yang menurut mereka grafiknya masih stabil. 

Ujian sebagai salah satu instrumen dalam dunia pendidikan kita, untuk mengukur tingkat Intelegensi dari Peserta Didik. UNBK atau CBT yang terupdate, mulai di perkenalakan sejak 5 tahun belakangan. Sedang istilah sistem pendidikan yang menggunakan nilai Ujian Akhir sebagai standar kelulusan mulai di berlakukan sejak tahun 2003 semenjak UU SISDIKNAS mulai berlaku.

Kita cukup bangga dengan pelaksanaan ujian ini, tentunya Para peserta didik akan semakin termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. Meskipun sebagian lagi memandang itu sebagai momok yang menakutkan, menjadi sosok yang menjadikan ujian ahir sebagai ujian yang paling sakral, meskipun itu sesungguhnya tidaklah begitu menyeramkan.

Ketika Harapan tidak sesuai dengan kenyataan, tentunya secara ilmiah telah ada satu komponen yang salah, atau barangkali salah dalam prosedurnya. Sehingga berakibat kekecewaan pada hasil yang telah dicapai. Kalau kita lebih jeli sedikit sistem yang telah kita sepakati tentunya sudah perlu reformasi secara total. Agar kejadian yang sama tidak terulang lagi setiap tahun.

Sebagai seorang praktisi pendidikan, tentunya kita perlu mengkaji lebih dalam, apa penyebabnya sehingga kejadian setiap tahun ini terus berulang. Sebutlah, aksi anak-anak mencoret seragam setelah selesai Pelaksanaan ujian. Jika kita selidiki, trend anak anak ini dimulai sejak ahir tahun 90-an. Artinya ini baru dikenal sejak era reformasi mulai berjalan. Barangkali kita sepakat bahwa hal tersebut tidak baik,bahkan sangat tidak mencerminkan sebagai generasi emas.

Lantas dari mana kita mulai mengkaji ini, mengurai jejak pendidikan kita hingga menghasilkan kelakuan tidak terpuji tersebut. Hal ini tidak terlepas dari tiga 3 komponen dibawah ini

1. Pemerintah.

Sebagai pelaksana amanat undang undang, tentunya Pemerintah ikut bertanggung jawab di dalamnya. kementerian Pendidikan, Dinas pendidikan baik provinsi maupun kota kabupaten. Ditangan merekalah bermuara segala aturan mengenai sistem pendidikan kita, di bawah kendali merekalah kemana arah pendidikan dibawa. Jika Pemerintah hanya sebatas melaksanakan tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari proses yang direncanakan. Maka pemerintah tak obahnya seperti agen bus, yang hanya menaikan penumpang, tidak mau tau bagaimanan penumpang di dalam Bus, dimana mereka turun. Pemerintah, disdik prov, disdik kab/kota harus menjadi pengawas dan mengawal terlaksananya pendidikan masyarakat dengan baik.

Anggaran pendidikan kita cukup besar, 20% dari APBN. Sekitar Rp.400 triliun pertahun, dalam kacamata investasi, ouput pendidikan harus mampu memberi income kepada Negara lebih dari Rp. 400 triliun, atau subsidi (beban) Negara terhadap kaum Miskin dan pengangguran berkurang dari angka tersebut.

Seorang Nelson Mandela yang mengucapkan: ”Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” Pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. Oleh karena itu, Negara seharus hadir terus memikirkan strategi pendidikan yang optimal untuk mendidik generasi penerus. Investasi bertahun-tahun pada generasi muda yang memakan biaya miliaran dolar terus dikerjakan banyak negara. Periode pengembalian (payback period) investasinya bisa sangat panjang. Jauh melampaui bisnis-bisnis populer zaman ini. Namun, dapat dipastikan negara yang absen dalam memperhatikan pendidikan generasi mudanya akan segera tergerus oleh derasnya arus zaman ini. Sains dan teknologi saat ini berkembang jauh lebih cepat dibandingkan masa-masa sebelumnya. Ketertinggalan dalam kedua hal ini akan menyebabkan suatu negara berada dalam posisi yang sulit untuk bersaing dengan negara lain.

2. Orang Tua.

Orang tua menjadi aktor utama dalam pembentukan karakter peserta didik. merekalah yang paling dominan dan paling sering berinteraksi dengan peserta didik. jika di rumah mereka adalah orang yang melahirkan dan membesarkan, jika di sekolah mereka para Guru, Guru sebagai orang tua.

Ketika ketimpangan karakter muncul dalam diri anak didik, maka yang pertama mengetahui dan mengenalnya adalah orang tua, baik itu orang tua jasmani, maupun orang tua ruhani. maka orang tua menjadi aktor utama dalam membangun karakter setiap individu. Kealfaan dan ketidak seriusan orang tua bisa menjadi alasan anak untuk berbuat sesuai dengan kehendaknya meskipun itu melanggar norma dan aturan.

Maka orang tua lebih intensif lagi dalam membina dan mendidik generasi muda kita kearah yang lebih positif dalam membangun dan mempersiapkan masa depan mereka. Orang tua harus menjadi aktor utama dalam mengembangkan minat dan bakat mereka menuju masa depan yang lebih gemilang.

3. Masyarakat

Masyarakat yang menjadi kumpulan berbagai macam potensi manusia, keberagaman menjadi warna dalam lingkungan masyarakat, keberagamaan suku, agama, dan ras. semestinya menjadikan kelompok kelompok masyarakat semakin berkembang di segala line kehidupan, budaya, ekonomi, sosial, dan pendidikan. kelompok masyarakat menjadi gambaran bagaimana kelompok tersebut sukses dalam membawa perubahan dilingkungan masyarakatnya.

Kelompok masyarakat ini semestinya menjadi senjata ampuh untuk membangun sumber daya manusia yang lebih baik, kelompok masyarakat memiliki kekuatan yang lebih efektif dari pada kekuatan pemerintah, orang tua. karena kelompok masyarakat memiliki kontrol yang sangat efektif jika diberdayakan secara maksimal.

Ketiga komponen inilah sesungguhnya yang harus bersinergi membangun masyarakat yang lebih baik. Jika pemerintah berjalan sendiri, orang tua berjalan sendiri dan masyarakat mencari jalannya sendiri. Lantas siapa lagi yang akan mengurus dan mengarahkan generasi muda kearah yang lebih baik menuju masa depannya?

Komentar

Ucok Rangkuti Laru mengatakan…
Izin share da dongan...

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan