Taksonomi Membaca (Catatan HARDIKNAS 2021)

Taksonomi Membaca
(Catatan Hardiknas Covid19)

Tidak dipungkiri diluaran sana,  membaca tampaknya sudah  menjadi kebiasaan, bahkan kebutuhan banyak orang. Mereka misalnya para guru, akademisi, mahasiswa, pelajar, dan semua profesi lain.  

Bagaimana dengan kita di sini?  

Tentu saja berbeda dong! Kita punya ciri khas sendiri dalam membaca. Kalau di luaran sana membaca adalah kebiasaan bahkan kebutuhan, di kita membaca adalah KEWAJIBAN (baca: wajib kifayah, kalau seorang sudah membaca, hilanglah kewajiban yang lain hehe...).

Bahkan di beberapa tempat membaca merupakan KEAJAIBAN! Itulah sebabnya saat ini, negara kita memiliki indeks membaca sebesar 0,001. Artinya, hanya ada SATU (Oh my God!), ya, satu dari seribu orang Indonesia tersayang adalah pembaca yang getol. 

Memprihatinkan yach? 

Meskipun ini memprihatinkan, kita tidak boleh berhenti berharap bahwa ke depan angka ini akan meningkat pesat dengan semakin mengertinya kita akan pentingnya membaca dan bagaimana caranya. Apalagi saat ini sudah banyak yang menjadi guru penggerak, semestinya gerakan membaca haruslah kita prioritaskan disetiap sekolah.

Membaca adalah salah satu dari enam ketrampilan berbahasa pada saat ini. Kok enam?  Iyalah, kan zamannya sudah lain. Dulu memang ketrampilan berbahasa ada empat, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Setelah kita memasuki era digital, di mana kemudian kita mengenal multimodal text (multimedia) maka kemudian ada dua tambahan ketrampilan baru, yaitu ketrampilan melihat (viewing skill), dan ketrampilan. Menghadirkan secara  visual (visual representing skill).

Meskipun sangat menarik jika kita bisa mendiskusikan enam ketrampilan tersebut, namun dalam tulisan ini kita hanya akan membahas fenomena seputar ketrampilan membaca. Mengapa? Karena membaca adalah aspek terpenting dalam konteks literasi, dan saat ini hampir semua orang membicarakan  literasi. 

Bahkan Mendikbud Anies Baswedan kala itu, juga mencanangkan gerakan literasi untuk menanamkan budi pekerti. Bahkan diistilahkan oleh beliau dengan GELAS (Gerakan Literasi Sekolah) Dan pangkal dari literasi adalah membaca. Seiring waktu, ya,,, sudah lajim dalam istilah Angkola "Magodang Aek Margatti Tapian" demikian halnya dalam Kementerian pendidikan, ganti menteri ganti program. Tapi sudahlah, kita fokus membaca saja. 

Menurut Anda, ketrampilan membaca, atau mari kita sebut membaca saja, itu seperti apa definisinya? Prosesnya bagaimana? Komponen apa saja yang terlibat dalam aktivitas membaca? Bisakah orang membaca dengan otak kosong?

Sebenarnya banyak sekali ahli yang mendefinisikan apa itu membaca, tetapi kali ini kita ambil dua definisi saja.  Menurut Aebersold dan Field (1997), membaca adalah apa yang terjadi ketika orang melihat sebuah teks dan menetapkan makna dari simbol-simbol yang ada dalam teks.

 Sedangkan ahli lain, Anthony Pearson dan Raphael (1993) mengatakan bahwa nembaca adalah proses mengkonstruksi makna melalui interaksi dinamis diantara pengetahuan yang sudah dimiliki pembaca, informasi yang diberikan oleh teks dan konteks situasi dalam membaca. Kedua definisi ini sepakat bahwa membaca adalah menetapkan atau membangun makna, di mana  untuk menghasilkan makna tersebut  definisi   kedua melengkapi yang pertama.

Bagaimana proses membaca itu terjadi? Ada tiga komponen utama yang terlibat secara fisik dalam proses membaca, yaitu bahan bacaan, mata, dan otak. Bahan bacaan berfungsi sebagai sumber pesan yang dbuat oleh penulis, biasanya berisi simbol-simbol teks. Simbol-simbol ini bisa berupa huruf, angka,  maupun simbol-simbol tertentu yang menyusun kata, frasa, kalimat, paragraf dan seterusnya sehingga menjadi  teks bahan.bacaan. 

Mata akan berperan seperti scanner yang penerima bahan untuk discan  dari teks. Setelah teks discan oleh mata, segera hasilnya dikirim ke otak yang berfungsi seperti CPU pada komputer untuk diproses. Seperti halnya komputer, semakin canggih fiturnya maka akan  semakin efektif cara kerjanya. Sama halnya dengan otak, otak yang memiliki berbagai skemata atau sumber pengetahuan awal yang lebih canggih (baca: lengkap) akan melakukan proses decoding untuk  menghasilkan  makna secara simultan dan efektif terhadap teks yang discan oleh mata.

Jadi semakin banyak bacaan yang telah "dilalap" seseorang, maka semakin kaya skemata yang di miliki, baik berupa pengetahuan berbahasa, pengetahuan kontekstual maupun pengetahuan skematik. Dan hasilnya  ia akan bisa menjadi pembaca yang cepat, akurat, dan kritis. 

Rekan para pegiat literasi!
Khususnya kita di Kabupaten penulis, mari kita galakkan membaca. Kita ransang kemauan membaca semakin meningkat, dikalangan masyarakat kita. Tentunya dengan menyediakan sumber dan bahan bacaan yang murah dan mudah di jangkau. Lewat tulisan ini pula kami mengajak para pembaca agar menularkan kegiatan membaca kata pepatah "Ingin pintar baca buku, ingin tahu tanya Guru" "Buku adalah jendela dunia" dan banyak pepatah lain lagi. 

Sering kami sampaikan lewat tulisan dan Lisan, dan juga secara persuasif hal ini telah kami tawarkan kepada para Kepala Kepala Desa agar mengalokasikan anggarannya membangun perpustakaan desa. Semoga kiranya pemerintah daerah kita juga ikut berperan membangun dunia pendidikan kita, setidaknya berdirilah gedung Perpustakaan daerah baik digital maupun manual yang lengkap di Padang Lawas  apalagi perguruan tinggi kita sudah berdiri dua buah. 

Kiranya Dinas pendidikan juga harus menyikapi dan merespon kebutuhan masyarakat saat ini, lihatlah Daring yang saat pandemic ini di gaungkan oleh menteri Nadiem hampir 80% TIDAK DILAKSANAKAN oleh guru dan siswa. Kenapa? Alasan klasik.
Saatnya kita mulai literasi di TANO ADAT DIGOMGOM IBADAT  membumikan literasi  Kemajuan suatu bangsa dimulai dari dunia literasi. 

Salam Literasi 
#PegiatLiterasiJalanan

Komentar

Ucok Rangkuti Laru mengatakan…
Ketika melihat gambar karikatur nya, ternyata di balik penampilan guru yang apa adanya, banyak tantangan luar biasa "ada apanya????
Ucok Rangkuti Laru mengatakan…
Ketika melihat gambar karikatur nya, ternyata di balik penampilan guru yang apa adanya, banyak tantangan luar biasa "ada apanya????

Postingan populer dari blog ini

Mulak Tondi Tu Badan

Cerita Rakyat "BORU AGIAN NA MATE MALUNGUN"

Kepemimpinan Rasulullah Dalam Pendidikan